Awal Perjalanan
Kapal telah pecah. Dan ini adalah tulisan pertamaku setelah berderai. Aku tidak tahu, tapi laut mungkin sudah tenang. Matahari sudah tenggelam. Barangkali aku tertinggal semakin jauh. Aku ingin berbicara tentang puisi (episode kehidupanku). Tetapi aku (tak tau harus mulai dari mana akan menceritakannya ) akan menceritakan terlebih dahulu salah satu alasan bagaimana puisi bisa terjadi.
Di sini hari telah malam. Seperti malam-malam sebelumnya yang sangat kutakutkan. Suaranya seperti suara lebah yang ingin menyengatku. Tapi sumpah. Aku tidak takut. Sunyi yang menderitakan telah mengajari keberanian. Hidup yang murung menuntunku untuk terbiasa bernapas di ruang pengab. Akhirnya kucintai penderitaan itu dengan gembira. Kupertaruhkan hidupku untuk satu luka, dan aku yakin kemenangan adalah luka lain.
Aku melihat burung-burung terbang senja. Aku melihat burung-burung meninggalkan senja. Akulah senja itu! Sebuah tiang yang ditinggalkan. Tanpa layar tanpa temali. Waktu gugur-guguran. Senyap menyungkup. Aku terbelenggu pasir-pasir hitam
Imajinasi? Ya! Begitulah. Ketika hari telah malam, kapal yang baru saja pecah, dalam derai aku pun mulai menulis.